STADION Jakabaring Palembang, Sumsel yang bakal menjadi pusat kegiatan selama SEA Games ke-26, disebut-sebut bahwa Stadion Jakabaring merupakan stadion terbesar dan termegah kedua di Indonesia, setelah Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta.
Stadion Jakabaring juga merupakan sebuah stadion multiguna. Stadion yang beralamat di Jalan Gubernur HA Bastari, Jakabaring, Palembang ini juga diakui sebagai salah satu stadion terbaik yang bertaraf internasional.
Umumnya stadion ini difungsikan untuk tempat penyelenggaraan pertandingan-pertandingan sepak bola, dengan luas lahan sekitar 40 hektare dan dapat memuat hingga 36.000-40.000 orang dengan empat tribun utama (A, B, C, dan D) yang bertingkat mengelilingi lapangan.
Tribun utama di sisi barat dan timur (A dan B) dilindungi atap yang ditopang dua pelengkung (arch) baja berukuran raksasa.
Bentuk atap stadion merupakan simbol kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di bidang maritim yang dilambangkan oleh bentuk perahu dengan layar terkembang.
Stadion ini mulai dibangun pada 1 Januari 2001, disiapkan untuk menyelenggarakan PON XVI saat Palembang ditunjuk sebagai penyelenggara pada 2 September 2004.
Stadion ini diberi nama berdasarkan kemaharajaan maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan berhasil mempersatukan wilayah barat Nusantara pada abad ke-7 sampai dengan abad ke-12.
Selain itu stadion ini juga merupakan markas dari klub sepak bola profesional Indonesia, Sriwijaya Football Club (SFC).
Stadion ini dipakai sebagai salah satu stadion yang menyelenggarakan pertandingan dalam Piala Asia 2007 sebagai pendamping Stadion Utama Gelora Bung Karno pada hari pertandingan ke-3 dan juga perebutan tempat ke-3.
Berkali-kali pula, stadion ini digunakan untuk pertandingan sepak bola tingkat nasional dan Asia (AFF/AFC Cup) yang digelar di Palembang.
Namun semenjak PON ke-16 tahun 2004 itu usai, pelan tapi pasti sejumlah fasilitas di sekitar Stadion Jakabaring seperti menjadi kurang terawat dan menjadi objek untuk dijahili orang.
Lampu-lampu jalan dan sejumlah fasilitas di taman depan Stadion Jakabaring yang gemerlap saat PON itu, kini telah sirna, sebagian hilang maupun rusak.
Kini menjelang pelaksanaan SEA Games ke-26, November 2011, Stadion Jakabaring kembali akan dipoles dan dibedaki serta semakin dipercantik lagi, bahkan boleh jadi bisa lebih cantik, indah dan megah dibandingkan saat pelaksanaan PON tahun 2004 sebelumnya.
Pertanyaannya, mampukah pengelola stadion ini bersama pemda dan masyarakat Kota Palembang mempertahankan keelokan dan kemegahan serta daya tarik kawasan Stadion Jakabaring dan sekitarnya, selepas pelaksanaan SEA Games ke-26?
Bisakah Kota Palembang, Sumsel belajar dari keberhasilan RRC membangun Stadion Sarang Burung untuk Olimpiadi 2008, kemudian tetap menjaga dan mengelolanya sebagai salah satu objek wisata dan sumber pendapatan negara komunis ini sampai sekarang.
Hembusan angin yang dingin kendati tengah hari, masih terasa sangat menusuk tulang, sehingga baju dan jaket serta sarung tangan maupun penutup kepala kembali harus dirapatkan saat menyaksikan kemegahan dan keelokan Stadion Nasional Olimpiade Beijing itu.
Semburat salju putih sisa musim dingin yang segera beralih ke musim semi di Beijing, masih terlihat di sana-sini di sekitar rawa-rawa dan beberapa tempat sekitar stadion ini.
Sisa kesuksesan, kejayaan dan kemegahan pelaksanaan Olimpiade Beijing seolah terus bisa menjadi kenangan ketika mata terus menatap wujud sangkar burung raksasa yang unik dan elok, seraya membayangkan pada saatnya Stadion Jakabaring Palembang juga bisa mencontoh sisi baik pengelolaannya.
Stadion Jakabaring juga merupakan sebuah stadion multiguna. Stadion yang beralamat di Jalan Gubernur HA Bastari, Jakabaring, Palembang ini juga diakui sebagai salah satu stadion terbaik yang bertaraf internasional.
Umumnya stadion ini difungsikan untuk tempat penyelenggaraan pertandingan-pertandingan sepak bola, dengan luas lahan sekitar 40 hektare dan dapat memuat hingga 36.000-40.000 orang dengan empat tribun utama (A, B, C, dan D) yang bertingkat mengelilingi lapangan.
Tribun utama di sisi barat dan timur (A dan B) dilindungi atap yang ditopang dua pelengkung (arch) baja berukuran raksasa.
Bentuk atap stadion merupakan simbol kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di bidang maritim yang dilambangkan oleh bentuk perahu dengan layar terkembang.
Stadion ini mulai dibangun pada 1 Januari 2001, disiapkan untuk menyelenggarakan PON XVI saat Palembang ditunjuk sebagai penyelenggara pada 2 September 2004.
Stadion ini diberi nama berdasarkan kemaharajaan maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan berhasil mempersatukan wilayah barat Nusantara pada abad ke-7 sampai dengan abad ke-12.
Selain itu stadion ini juga merupakan markas dari klub sepak bola profesional Indonesia, Sriwijaya Football Club (SFC).
Stadion ini dipakai sebagai salah satu stadion yang menyelenggarakan pertandingan dalam Piala Asia 2007 sebagai pendamping Stadion Utama Gelora Bung Karno pada hari pertandingan ke-3 dan juga perebutan tempat ke-3.
Berkali-kali pula, stadion ini digunakan untuk pertandingan sepak bola tingkat nasional dan Asia (AFF/AFC Cup) yang digelar di Palembang.
Namun semenjak PON ke-16 tahun 2004 itu usai, pelan tapi pasti sejumlah fasilitas di sekitar Stadion Jakabaring seperti menjadi kurang terawat dan menjadi objek untuk dijahili orang.
Lampu-lampu jalan dan sejumlah fasilitas di taman depan Stadion Jakabaring yang gemerlap saat PON itu, kini telah sirna, sebagian hilang maupun rusak.
Kini menjelang pelaksanaan SEA Games ke-26, November 2011, Stadion Jakabaring kembali akan dipoles dan dibedaki serta semakin dipercantik lagi, bahkan boleh jadi bisa lebih cantik, indah dan megah dibandingkan saat pelaksanaan PON tahun 2004 sebelumnya.
Pertanyaannya, mampukah pengelola stadion ini bersama pemda dan masyarakat Kota Palembang mempertahankan keelokan dan kemegahan serta daya tarik kawasan Stadion Jakabaring dan sekitarnya, selepas pelaksanaan SEA Games ke-26?
Bisakah Kota Palembang, Sumsel belajar dari keberhasilan RRC membangun Stadion Sarang Burung untuk Olimpiadi 2008, kemudian tetap menjaga dan mengelolanya sebagai salah satu objek wisata dan sumber pendapatan negara komunis ini sampai sekarang.
Hembusan angin yang dingin kendati tengah hari, masih terasa sangat menusuk tulang, sehingga baju dan jaket serta sarung tangan maupun penutup kepala kembali harus dirapatkan saat menyaksikan kemegahan dan keelokan Stadion Nasional Olimpiade Beijing itu.
Semburat salju putih sisa musim dingin yang segera beralih ke musim semi di Beijing, masih terlihat di sana-sini di sekitar rawa-rawa dan beberapa tempat sekitar stadion ini.
Sisa kesuksesan, kejayaan dan kemegahan pelaksanaan Olimpiade Beijing seolah terus bisa menjadi kenangan ketika mata terus menatap wujud sangkar burung raksasa yang unik dan elok, seraya membayangkan pada saatnya Stadion Jakabaring Palembang juga bisa mencontoh sisi baik pengelolaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar